Sabtu, 17 November 2012

Solusi Buat Si Pemalu



Banyak orang tua membiarkan anaknya yang pemalu tanpa memberi dorongan atau motivasi untuk berkembang. Padahal, hal kecil dapat mengubah perilaku anak. Bagaimana caranya?

Malu merupakan reaksi yang wajar dan dimiliki setiap orang. Seseorang menjadi pemalu karena kadar rasa malunya melebihi batas normal. Pemalu dapat diturunkan sejak lahir. Meski begitu, ada teori yang mengatakan bahwa pemalu adalah perilaku hasil belajar atau respons terhadap kondisi tertentu.

Secara definitif, pemalu merupakan keadaan dalam diri seseorang di mana orang tersebut sangat peduli dengan penilaian orang lain dan cemas karena penilaian sosial itu sehingga cenderung menarik diri.

Kecenderungan menarik diri sudah dimulai sejak masa kanak-kanak, bahkan sejak bayi. Balita menjadi pemalu merupakan reaksi yang wajar ketika ia dihadapkan pada situasi yang baru. Sebaliknya, ada juga balita yang tidak pemalu, mereka membiarkan diri mereka berada dekat orang lain, dan tidak menolak digendong orang yang tidak dikenal.

Sembilan ciri anak pemalu, yakni :

1. Selalu menghindari kontak mata.
2. Tidak mau melakukan sesuatu.
3. Memperlihatkan perilaku mengamuk (tamper tantrum) yang dilakukan untuk melepaskan kecemasan.
4. Tidak banyak bicara atau menjawab pertanyaan secukupnya saja.
5. Tidak mau mengikuti kegiatan di kelas.
6. Tidak mau meminta pertolongan atau bertanya pada orang yang tidak dikenal.
7. Mengalami demam panggung (pipi memerah, tangan berkeringat, keringat dingin, bibir terasa kering) di saat-saat tertentu.
8. Menggunakan alasan sakit agar tidak perlu berhubungan dengan orang lain.
9. Merasa tidak ada yang menyukainya.

Tips Bagi Orang Tua Agar Anak Mudah Bersosialisasi :

1. Jika anak terlihat takut atau ragu menghadapi situasi yang masih baru, jangan langsung memaksa, tetapi berilah waktu supaya merasa nyaman. Misalnya ia ingin ikut kursus menyanyi, namun memutuskan berhenti setelah sekali mengikutinya. Sebelum marah, mintalah anak datang sekali lagi untuk melihat keadaan, tak perlu ikut latihan. Katakana padanya kalau ia ingin ikut serta karena keputusannya sendiri. Dengan memberikan pilihan, membuat anak dapat menguasai dan mengontrol dirinya sendiri. Sikap itu juga membuat si anak lebih percaya diri dalam memutuskan sesuatu.
2. Terlalu banyak mengkritik sifat pemalu anak membuat ia tak percaya diri. Dampak lain, membuat anak tak berani melakukan hal-hal baru, tak berani mengambil risiko, dan menjadikannya kurang supel. Jangan menyebutnya pemalu karena jika ia mendengar hal itu berulang-ulang, anak semakin ragu mencoba hal baru. Justru, perkataan yang membangkitkan semangat membuat anak sadar bahwa Anda mengerti dan menerima perasaannya.
3. Mengajarkan beberapa hal yang dapat membuatnya lebih rileks dan terbuka. Misalnya, ajarkan ia mengangkat telepon dengan suara yang jelas dan berani bertanya, apakah si penelpon ingin meninggalkan pesan atau tidak. Latihan itu tak dapat hanya sekali dilakukan, tetapi harus berulang-ulang. Hal tersebut dapat menumbuhkan percaya diri si kecil berbicara dengan orang asing meski hanya lewat telepon. Lama kelamaan ia akan berani melakukannya bila harus berhadapan langsung dengan orang yang baru dikenalnya. Pada intinya, hal kecil dapat menciptakan perubahan pada anak pemalu, seperti pujian atas usaha serta latihannya.
4. Orang tua dan guru juga harus saling berkomunikasi. Orang tua dan guru memberikan dorongan dan semangat kepada anak pemalu. Jika tidak diberikan dorongan, akan menjadi pemalu selamanya. Suruhlah anak pemalu untuk belajar berani. Di sekolah misalnya, dapat dilakukan dengan menyuruhnya mengerjakan soal di papan tulis, membuat diskusi antarkelompok dalam satu kelas, kegiatan bakti social di sekolah, dan kegiatan lainnya.

Trik Membuat Anak Supaya Tidak Malu :

1. Adakan permainan lomba menyanyi dengan anggota keluarga (ayah, ibu, kakak). Pada kesempatan lain, ajak anggota keluarga yang lain (kakek, nenek, tante, teman). Kegiatan itu membuat anak memompa potensi berani yang ada pada dirinya.
2. Ajak anak mengikuti acara kumpul keluarga. Dengan begitu, anak dapat mengenal anggota keluarga lain.
3. Jika anak sudah berani, jangan lupa memberi apresiasi.

Sumber : Ibu Evi Sukmaningrum, Psi. M.Si, psikolog dari Unika Atma Jaya Jakarta, dan Majalah Dokter Kita.

0 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Template by : kendhin x-template.blogspot.com